Hari ke 13 dan surat ke 3, dekat itu tak harus bersebelahan,
namun ketika berjauhan mampu mengucapkan doa yang sama. Gleeekk, doa yang sama?
Doa semacam apa?
Aku tertatih hingga detik aku menuliskan surat ini.
Apa kamu tahu? Hei rasanya baru kemarin kita bertegur sapa lewat telepon itu
pun untuk urusan kantor. Rasanya baru kemarin ya sebulan lalu kamu membuatku
menangis, pun entah untuk alasan apa aku menangis. Rasanya baru kemarin kamu
pun bilang mau mendaftar.
Terkadang kamu abu-abu bagiku, pun saat ini ketika
kamu bicara tentang menikah. Ya Rabb, aku berdesir, tapi otakku berputar,
maunya apa? Sejak sebulan kemarin aku hanya bisa menerbangkan setiap doa. Dekatkan
atau jauhkan dengan cara baik. Aaakk tapi setiap melihat apapun di jalan ada
namamu, setiap transaksi pula ada mengandung namamu. Ini yang terlalu siapa? Istighfarnya
udah tapi tetep ngelihat. Tetap dekat sama kamu, aaaahhh. Ya Rabb.
Hei Tuan Faj(R), jika jalannya begini, kita ikuti
saja, likunya, keloknya, lurusnya, terjalnya, dan biarlah pasukan langit yang
mengamini doa-doa kita di awal Faj(R). Tapi sekali saja, bolehlah buat aku
menangis tapi pun usap pula air mata itu. Berdirilah dan yakinkan aku bersama
ribuan pasukan langit kelak. Jawabanku ada di hatimu. Kamu telah tahu sejak
lama.
2 comments:
Duhh berasa dehh guling2 sesak nafas gemesnyaa.. Aku ikut sama pasukan langit buat jd saksii :D
Hehe... Jgn guling guling kak...nanti gak bs jd saksi klo sesak nafas
Posting Komentar