Hujan deras di luar, Bu
Dan saya masih sendiri duduk di sebuah bangku bus, menikmati perjalanan kembali ke kota tempatku mengamalkan ilmuku. Masih kunikmati hujan sendiri saja. Romantis.
Ibu, entah apa kelak aku memanggilmu, perempuan yang sebelum ini tak pernah aku kenal. Perempuan tangguh yang telah melahirkan dan membesarkan lelaki tangguhku (kelak). Aku ingin bercerita semua hal denganmu, tentang dia, anak lelakimu. Dia sosok hebat yang mampu bertanggungjwab atasku.
Ibu, aku ingin kaupun mau menyisir rambutku kelak, kita bertukar kerudung dan berbagi resep masakan. Bolehlah sesekali kau menegurku jika kelak aku lupa akan tugasku membuatkan anak lelakimu teh, kopi atau susu di pagi dan sore hari.
Ibu, terimakasih dengan tanganmu kau membesarkan lelaki tangguh itu. Maaf jika kelak aku tak sebaik dirimu merawatnya. Tapi akupun melakukan sama tulusnya sepertimu. Ibu, dia masih milikmu sampai kapanpun. Karena lelaki kecilmu itu punya tanggungjawab selamanya terhadapmu. Surganya bukan hanya ada padaku tapi pula selalu ada padamu.
Ibu, terimakasih memberikan lelaki kecilmu dengan senyum. Dia lelaki dengan sinar mata berbinar penuh cinta sama seperti sinar matamu.
Kepada ibu mertua, terimakasih telah menjadi malaikat tanpa sayap untuknya. Kan kujaga dia seperti kau menjaganya. Tapi aku tak akan mampu menggantikanmu.
Kepada ibu mertua...
Kepada ibu mertua, terimakasih telah menjadi malaikat tanpa sayap untuknya. Kan kujaga dia seperti kau menjaganya. Tapi aku tak akan mampu menggantikanmu.
Kepada ibu mertua...
0 comments:
Posting Komentar