Jumat, 12 Februari 2016

>> Pasukan Langit



Hari ke 13 dan surat ke 3, dekat itu tak harus bersebelahan, namun ketika berjauhan mampu mengucapkan doa yang sama. Gleeekk, doa yang sama? Doa semacam apa?

Aku tertatih hingga detik aku menuliskan surat ini. Apa kamu tahu? Hei rasanya baru kemarin kita bertegur sapa lewat telepon itu pun untuk urusan kantor. Rasanya baru kemarin ya sebulan lalu kamu membuatku menangis, pun entah untuk alasan apa aku menangis. Rasanya baru kemarin kamu pun bilang mau mendaftar.

Terkadang kamu abu-abu bagiku, pun saat ini ketika kamu bicara tentang menikah. Ya Rabb, aku berdesir, tapi otakku berputar, maunya apa? Sejak sebulan kemarin aku hanya bisa menerbangkan setiap doa. Dekatkan atau jauhkan dengan cara baik. Aaakk tapi setiap melihat apapun di jalan ada namamu, setiap transaksi pula ada mengandung namamu. Ini yang terlalu siapa? Istighfarnya udah tapi tetep ngelihat. Tetap dekat sama kamu, aaaahhh. Ya Rabb.

Hei Tuan Faj(R), jika jalannya begini, kita ikuti saja, likunya, keloknya, lurusnya, terjalnya, dan biarlah pasukan langit yang mengamini doa-doa kita di awal Faj(R). Tapi sekali saja, bolehlah buat aku menangis tapi pun usap pula air mata itu. Berdirilah dan yakinkan aku bersama ribuan pasukan langit kelak. Jawabanku ada di hatimu. Kamu telah tahu sejak lama.

2 comments:

Inerossylien mengatakan...

Duhh berasa dehh guling2 sesak nafas gemesnyaa.. Aku ikut sama pasukan langit buat jd saksii :D

Dek nda mengatakan...

Hehe... Jgn guling guling kak...nanti gak bs jd saksi klo sesak nafas

Posting Komentar