Selasa, 18 November 2014

>> KELAK

Di suatu pagi ketika aku lari pagi sendiri,
Ya sendiri karena lebih bisa menikmati pagi dan menikmati udara lalu menikmati lalu lalang kendaraan lalu menikmati perut yang ngoceh tiap pagi buta...

Hehe...
Di satu titik aku berfikir, tentang menikah tentang dia yang entah aku sendiri belum tahu siapa, dia yang aku inginkan baik, baik secara semua hal... amiin semogalah...

Jika kelak aku menjadi milik kamu,
Kamu yang aku sebut suami dan aku sebut imam
yang setiap hembus nafasku adalah ridhomu
yang setiap jengkal langkahku adalah doa untukmu
yang setiap detik waktuku adalah penjagaan atasmu
yang setiap mimpi dan tuju hanya untuk Allah
atas nama kita

Jika kelak aku disisimu
aku tidak ingin berada di luar rumah jauh lebih panjang daripadamu
aku ingin menunggumu pulang di dekat pintu
dan mendengar semua celotehmu hari itu
aku tidak ingin justru kamu yang menungguku
dan dengan seorang asisten RT yang bercanda mesra dengan anak kita
aku tidak ingin melihatmu di pagiku dan menatapmu nanar di malamku
aku bekerja bukan ingin permata berlimpah
aku hanya ingin membagi luas ilmuku
jika kelak kamu membolehkanku bekerja di luar itu adalah bonus
tapi tetap saja aku tidak ingin melebihi jam kerjamu...

Apa yang aku lihat selama ini itu yang aku ingin lakukan jua
melihat seorang nenekku di usia belia beliau menikah dengan tentara pembela kemerdekaan
Ya kakek masih berjuang melawan Belanda-Jepang kala itu
nenek setia mendampingi dan baliau tidak bekerja
beliau adalah Ibu muda dengan 8 anak yang harus membagi nasi menjadi beberapa piring kepada anaknya
jaman sulit untuk seorang muda belia kala itu
mendampingi kakek kemanapun demi perjuangan
mendengar dentum bom dan deru pesawat adalah hal biasa
Beliau tetap menjadi istri dan setia menemani
Bahkan dalam ceritanya pernah berjalan kaki berkilo-kilo
Ya bentuk perjuangan seperti itu yang aku dengar
aku inginkan itu jua
berada dalam deru derap langkah seseorang itu kelak

Maka pun ketika aku berkaca
akupun melihat sosok yang paling dekat, Ibuku
beliau tidak bekerja pun karena Bapak tak pernah menginginkannya
Ibu yang aku lihat dulu berjualan menitipkan es lilin
bukan demi serupiah tapi mencari kesibukan di pagi hari selain mengantarkan suami dan anaknya di pintu
Ibu yang walaupun hanya seorang Ibu Persit Kartika Chandra Kirana
beliau punya banyak kesibukan
dalam organisasi dan olahraga di batalyon beliau aktif
anaknya terkadang kehilangan jika sedang banyak kegiatan
kehilangan perhatian tapi bukan kehilangan sosoknya karena selalu ada serta aku dan adikku
aku tidak pernah kehilangannya kasihnya setiap hariku
dari pagi menyiapkan sarapan hingga menata rambutku
Ya rambutku selalu rapi hasil tatanan beliau
jika ada tugas sekolah maka Bapak dan Ibu yang repot membuatnya
Ahh dulu aku manja bahkan hingga kini
maka aku ingin kelak anakku bisa bermanja denganku
walau sadar pasti banyak kurang dariku
Ibuku adalah pejuang rumah untuk anak dan suaminya
Ya bentuk perjuangan seperti itu yang aku lihat
aku inginkan itu jua
berada dalam gegap gempita dunia dengan kodrat fitrahnya

Jika kelak aku menjadi milik kamu,
Kamu yang aku sebut suami dan aku sebut imam
Kelak aku akan berada di sisimu
untuk mengingatkan dan untuk menggenggam jemarimu
kita akan saling menguatkan

Kamu,
semogalah,
Imamku kelak
seseorang pilihan Allah,
*nulisnya pas mendung hujan jd gak berasa pas berkaca-kaca
18 Nop 2014