“Ceraikan saya mas,”
“Tidak, aku masih sangat
mencintaimu,”
“Apa kamu mampu? Apa itu bentuk
cintamu?”
“In shaa Allah, asal kamu ikhlas,”
“Ikhlasku mungkin di mulut saja,
wanita mana yang mampu berbagi cinta dan dunianya?”
“Maafkan aku, sayang,”
“Aku yang minta maaf,”
“Tapi aku mohonkan agar kamu
menerimanya menjadi bagian dari dunia kita,”
“Aku bisa apa? Aku tak pernah
meminta surga padamu, maka jangan beri aku neraka di dunia ini,”
“Astaghfirullah, aku tak pernah
ingin neraka untukmu, aku justru inginkan kita bersama di surgaNya kelak,”
Qautsar menangis di pangkuan
istrinya, Dewi pun tak kalah hebat menangis, mencoba mengikhlaskan suaminya
yang ingin berbagi ranjang.
“Ini Delia,”
Qautsar benar-benar membawa
perempuan lain yang ingin dia nikahi.
“Mas,” Dewi tersenyum getir.
“Dewi,”
“De - li – a,”
Dewi sedikit terkejut karena
melihat Delia gagap berbicara dan dia memperagakan beberapa isyarat. Delia seorang tuna rungu, wajahnya cantik dan santun.
“Allahu Akbar, Cobaan apa lagi ini Rabbku”
Dewi membatin dan menangis dalam
hati.
“Cinta apa yang kamu punya
untuknya, mas?”
“Cinta yang utuh sama seperti
yang kupunya untukmu,”
“Kamu menemukan bidadari surgamu,
untuk apa aku ada?”
“Subhannallah, bidadariku kamu,
dia malaikat, bolehkah aku punya keduanya di sisiku?”
Dewi memeluk suaminya yang duduk
di bawahnya. Air matanya berurai.
“Mungkin ini surga yang lain,”
“Kamu yang membuatnya menjadi
surga atau neraka,”
“Pergilah, bawa malaikatmu itu,
ikhlasku bukan karena semua kekurangannya tetapi karena semua kurangku ada pada
lebihnya,”
“Surga yang lain itu nyata,”
“Allahu Akbar,” Dewi menangis
semakin erat peluknya.
#30HariBerCeritaPinta
CPPS ini ceritanya alias cerita pendek, pendek sekali menuju 8 Juni 2016, semua bercerita pinta atau ingin ^_^
#30HariBerCeritaPinta
CPPS ini ceritanya alias cerita pendek, pendek sekali menuju 8 Juni 2016, semua bercerita pinta atau ingin ^_^
0 comments:
Posting Komentar