“Iihh
kamu mah ngeselin dari dulu, nggak pernah berubah, selalu begini,” Timur
menggerutu sambil memanaskan motornya.
“Haha
kan aku tahu ada kamu jadiiiiii, kamu bisa anterin aku,”
“Hei kalian mau kemana? Kamu nggak mampir rumah dulu,
Al,?”
“Nggak tante, ada kuliah pagi,”
“Terus?”
“Biasa, Mah. Tidur di bus,”
“Ya Allah, ya sudah anterin
cepet,”
“Al tahu tante kalau Timtim
nggak sekolah jadi deh Al kesini,”
“Iyaa, sudah nanti keburu
telat,”
Timur mengantar Aluna ke
kampusnya yang tidak jauh dari rumahnya.
Aluna tersenyum mengingat
kejadian itu, dia membuka lembaran catatan Timur berikutnya.
“Tarrrraaaaa, aku cantik nggak
ini,” mata Aluna mengedip-ngedip ke arah Timur.
“Cantiiiiikk, Alunaaaa, kamu
cantik, tante sukaaa,”
“Nggak, biasa saja, kan sudah
sering begitu,”
“Aaaakkkk, Timtim,
jahaaaatnyaaa, bilang cantik nanti aku traktir,”
“Ogah, palingan Cuma traktir
bakso,”
Aluna memamerkan gaya barunya,
jilbab manis terpasang dan pake rok dan vest panjang, gayanya alim tapi tidak
sepenuhnya menutupi kalau dia tomboy.
Aluna mengingat pertama kali
dia memakai hijabnya dan memamerkannya di rumah Timur.
Lembar berikutnya dia membaca
jelas tertulis disana.
Ketika itu kali pertama aku melihat kamu menutup rambut indahmu dengan
hijabmu, aku tertegun, cantik walau mulutku tak sanggup bilang cantik karena
gengsi
Aluna kaget membaca catatan
itu, dia jadi berbunga, jadi dia tahu kalau waktu itu Timur bilang dia cantik.
“Al kamu butuh dibakarin ke CD
jadi berapa?”
Suara Timur dan derap
langkahnya membuat Al gugup dan menutup buku catatan Timur. Rapi dia meletakkan
kembali di tempatnya semula.
“Jadi 2 aja, satu aku kirim ke
kampus satu lagi kalau memang aku butuhkan,”
“Duduk, nanti Rena juga mau
kesini,”
“Aaakk kalian mau pacaran?
Idiiihh nggak ngajak-ngajak, aku sama Rezki juga mau kalau diajak,”
“Masih sama dia? Nggak kapok di
duakan?”
“Kan dia udah berubah, eeehh
Timtim kamu nggak kangen apa sama aku?”
“Kamu yang kangen,”
“Nggak sih, biasa saja, aku
balik ke Jogja lagi lhoohh, Bandung Jogja jauuuuuuh,”
“Nih,” Timur memberikan hape ke
Al. “Ada alat canggih ini, WA, Bebe, video call, Skype, ada semua,”
“Aaaahhh, oke-oke siap bos,
kamu apa kabar kuliahnya?”
“Baik, mau ngikutin jejak anak
tomboy ini lulus 3 tahun dan nilai sangat memuaskan,”
“Kalau kangen sama aku jangan cari
ke Jogja,”
“Iihhh ogah, jauh,”
____*____
“Kamu nggak apa-apa? Coba
lihat!”
“Auuuuuu, kasar banget,”
“Hihhh, kenapa nggak bilang
kalau kamu kecelakaan?”
“Ini nggak apa-apa, Cuma memar
sedikit, nggak perlu dibesarkan, cowok nahan sakit begini mah biasa,”
Pllaaaakkk
“Auuuu, Aaaall,”
“Katanya nggak apa-apa?” Al
menjulurkan lidah ke Tim.
“Kamu jauh-jauh datang ke sini
dari Jogja buat aku? Kamu khawatir ya sama aku?”
“Iiihh no, aku sudah di Bandung
4 hari ini, mau urus paspor dan lainnya,”
“Paspor?? Mau kemana
memangnya?”
“Lagi ada program setahunan
siapa tahu bisa S2 dan syukur-syukur S3, lolos ujian bahasa ini dan kamu tahu
nggak? Itu Jepang, kamu kan tahu aku sangat ingin ke Jepang,”
“Nggak mau nunggu aku?”
“Nggak usah, laamaaaa,”
“Iiissshhh, kamu ini,”
“Nanti jangan kangen aku,”
“Nggak akan,”
“Yakiiiin,”
“Peluuukkkk,”
Muka sok manja Tim akhirnya kena timpuk bantal oleh
Al.
“Kalian ini sebenarnya seperti
apa hubungannya?”
“Re,” Al kaget dan Tim menatap
bingung.
Rena keluar kamar Tim, Tim
tidak bisa berbuat apa-apa karena kakinya luka-luka dan sulit jalan.
“Re, tunggu, maksud kamu apa?”
Rena dan Aluna duduk di teras
rumah Tim.
“Kalian bukan seperti teman,”
“Pacar?”
“Al, Tim itu suka sama kamu,
dia sayang sama kamu,”
“Iya dia sayang kan kita dari
kecil sama-sama,”
“Al, denger, Tim bukan hanya
anggap kamu teman atau sahabat, tapi lebih, kalian itu lelaki dan perempuan
normal, Al normal dan dia sangat nyaman sama kamu,”
“Kita udah kayak kakak adik,”
“Tim nggak pernah anggap kamu
kakak, umur nggak bisa menghalangi orang buat jatuh cinta, Tim tahu dia suka
sama kamu, sayangnya dia belum sadar betul,”
“Re, kamu salah, kamu ngarang
bebas,”
“Al, mungkin kalian punya rasa
yang sama tapi kalian takut memberi kejelasan pada perasaan kalian, mungkin
karena umur kamu lebih tua atau karena memang kalian menyembunyikannya,”
“Re, kamu salah,”
“Kalian tidak jatuh cinta pada
yang lain, tapi kalian saling jatuh cinta,”
Rena pergi dari rumah Timur.
____*____
“Aku harus kasih tahu Al,”
“Tim, udahlah itu urusan
mereka,”
“Al nggak bisa digituin, dia
itu sahabat aku,”
“Kamu santai saja, aku kirim
foto dan kabari Al,”
“Terserah kamu, Tim.”
“Al, kamu kesini sekarang, ada
Rezki dan seorang cewek, mereka mesra, aku di tempat biasa sama Rena,”
Beberapa lama Al datang naik
mobilnya, dia tenang tidak terburu emosi.
“Hai, Rez,”
“Sayang, kamu ngapain disini?
Bukannya?”
“Jogja, jadi kalau aku di Jogja
kamu bisa enak main dengan perempuan manapun, pakai meluk pinggang dan pegang
tangan?”
“Sayang ini nggak seperti yang
kamu kira,”
“Nggak perlu panggil sayang,
aku kasih kesempatan kamu dulu buat berubah tapi apa? Kamu sama, aku udah nggak
percaya sama Tim tapi kamu mencoba meyakinkan, nyatanya apa? Tim benar, kamu
nggak akan bisa berubah,”
“Owh jadi biang keroknya Tim
ini?”
“Dia justru baik mau kasih tahu
boroknya kamu,”
Rezki menuju hadapan Tim. Tim
santai dan siap melakukan apa saja jika sampai Rezki terpancing emosi.
“Tinggalin sahabat aku ini,
jangan pernah ada di hadapannya lagi,”
“Kamu sama Al juga kayak orang
pacaran, nggak sadar? Jadi kalian nggak perlu berlagak sok suci,”
“Kamu nggak perlu ngalihin
pembicaraan, kamu udah nyakitin Al dan aku nggak terima, dari dulu Al udah baik
dan selalu berprasangka baik, tapi apa yang dia dapat? Kamu selingkuh terus,
dan bodohnya dia masih mau percaya sama kadal kayak kamu,”
“Emang kamu siapa? Atau
jangan-jangan kamu suka sama dia?sayang sama dia? Hubungan kalian memang nggak
wajar, ingat umur, kamu itu masih bau kencur, sunat aja masih kemarin sore,”
“Memangnya kenapa kalau aku
anak kemarin sore? Al nggak pernah mempermasalahkan,”
“Heii, kamu bener suka sama
Al?”
“Kalau iya kenapa? Kalau aku
suka, sayang lalu cinta atau bahkan aku mau tidur sama dia, kenapa?”
Plaaaakkk
Al menampar Timur, Timur diam
dan menatap Al.
“Rasain anak ingusan,”
Plaaaaakkk
Al menampar sekali lagi dan
mendarat di pipi Rezki. Al pergi dari sisi dua orang lelaki itu.
“Al, kamu juga suka sama anak
ingusan ini? Kalian saling jatuh cinta rupanya?” Rezki menatap nanar Al. Al
pergi.
Aluna berhenti di depan
perempuan yang bersama Rezki.
“Bilang sama pacar kamu kalau
perempuannya ini sudah tidak menganggapnya pacar, kalau dia mau pacaran dengan
siapapun silahkan dan bilang juga jangan mengemis lagi untuk kedua kalinya.
Aluna pergi.
____*____
“Assalamualaikum,”
“Waalaikumsalam,” dari seberang
terdengar suara Al lirih. “Bindaaaa, kangeeenn, tumben jam segini Binda
telepon,”
“Binda juga kangen,”
“Apa kabar Binda dan Pinda?”
“Alhamdulillah, baik,”
“Al kangen mau cepet lulus,”
“Al, ada yang melamar kamu, dia
datang ke rumah langsung dengan Ayah Ibunya, Binda harus bilang apa?”
“Siapa Binda? Al belum merasa
serius sama seorang lelaki,”
“Dia serius sama kamu, katanya
jatuh cinta pas ketemu kamu di masjid UGM, dia pilot katanya,”
“Masyaa Allah, Al benar-benar
lupa, maaf kalau Al sudah buat khilaf lelaki itu,”
“Al, kamu ini, jangan
bercanda,”
“Iiihh Binda, Al nggak
bercanda, kamu kapan selesai kuliah terus apa enaknya disana? Nggak kangen sama
Binda sama Pinda?”
“Kangeeeeennn,”
“Kalau sama pilot ini?”
“Al bener-bener nggak tahu itu
siapa? Al saja belum tahu yang mana pilot yang dimaksud Binda,”
“Minggu depan lulus-lulusan
kamu Binda datang sama Pinda sekalian ajak si Pilot bagaimana?”
“Terserah Binda, Binda suka
nggak dengan anaknya? Kalau Binda suka pasti Al suka,”
“Jangan begitu, yang menjalani
kamu nantinya,”
Pembicaraan tentang lamaran
kepada Aluna cukup membuat Aluna penasaran.
Pada pertemuan keluarga
berikutnya Aluna sudah di Indonesia. Aluna penasaran dengan si pilot yang
katanya pernah bertemu dan berbincang dengannya. Dia justru tidak merasa pernah
berbincang dengan seorang pilot. Di acara lulus-lusan Al juga si pilot ini
nggak jadi datang karena mendadak harus terbang.
“Aluna,”
“Elang,”
Mereka berjabat tangan dan
saling senyum sapa.
“Kata Elang kalian bertemu di
Masjid,”
“Masjid Ibaraki Osaka Jepang,
kita berbincang sedikit waktu itu, saya langsung jatuh hati,”
“Owh, sepertinya juga tidak
asing, jadi Mas Elang pilot?”
“Iyah, waktu itu ada
penerbangan ke Jepang, lalu saya cari tahu tentang Aluna,”
“Al itu ngotot mau kuliah
disana pas sudah S2 eh malah ketagihan mau S3 ya Ayah Ibunya ini sudah tidak
bisa apa-apa, kan anaknya sudah disana,” Binda cerita Aluna.
“Kalau El suka terbang, sejak
kecil suka dengan langit biru dan awan, eh ternyata jadi pilot, sempat khawatir
tapi rizki dan maut urusan Allah,” Mama Elang bercerita sedikit.
“El? Panggilannya El?”
“Iya,”
“Aku, Al,”
“Iya saya tahu, maaf saya cari
tahu sendiri dari islamic center Ibaraki dan kampus kamu lalu saya sampai ke
rumah kamu ini,”
“Tidak apa,”
“Jadi bagaimana? Lanjut tidak?”
Papa Elang berseloroh.
“Kita tetapkan tanggalnya
saja,” Mamanya Elang semakin menegaskan, Aluna malu menundukkan pandangan.
Hanya butuh beberapa hari Aluna
dan Elang menyiapkan pernikahannya.
Aluna menghampiri rumah yang
sudah 3 tahun ini tidak dia ketahui kabarnya. Rumah Timur.
“Tante, Om, Assalamualaikum,”
“Al, kamu kapan pulang ke Indo,”
“Sudah 2 bulan ini, Al juga
sudah kerja, dosen muda ini,”
“Iiihhh tambah cantik sekarang,
udah mirip orang Jepang,”
“Tante bisa saja,”
“Ini dalam rangka apa? Kasih
kejutan ke rumah ini, kangen ya sama Timtim?”
“Apa kabar Timtim?”
“Baik, sepertinya dia juga
kangen kamu,”
“Mmm, nggak pernah ngaku sih
kalau kangen sama Al,”
“Kamu pulang nggak
kabar-kabar,”
“Percepatan pulang, ini,”
“Eh apa ini?”
“Kamu mau menikah? Masyaa Allah
kok inisial namanya Al dan El?”
“Iyah, in syaa Allah, datang ya
semua,”
“Insyaa Allah, Al nampak
bahagia sekali,”
“Alhamdulillah,” Al senyum
manja sambil mencomot makanan di meja. “Tim masih dengan Rena?”
“Setahu tante sudah lama nggak
sama Rena,”
Al jadi ingat beberapa lama
lalu selalu dia tanyakan Rena dan Tim menjawab baik. Ternyata ada yang Tim
sembunyikan.
“Tim sayangnya sama kamu
kayaknya,”
“Om ini,”
“Jangan digoda calon
mantennya,” Mama Tim menengahi. “El ini anak mana? Ayo cerita tentang El,”
“El anak Jogja tapi sudah lama
di Jakarta, asli Jawa Ayah dan Ibunya, El itu pilot. Dulu pertama bertemu di
Jepang tapi Al nggak sadar dan Al nggak tahu kalau nantinya yang melamar Al ya
dia,”
“Al ketemu orang yang baik, Tim
selalu cerita tentang Al, semua e-mail yang Al kirim sudah khatam Tim
ceritakan, kadang sampai bosan,”
“Oya?”
“Mungkin Tim ingin Al bukan
sebagai sahabat atau kakak karena perbedaan umur kalian, Tim sepertinya sayang
lebih dari sekedar itu,”
“Tante bisa saja, Tim hanya
kangen ke Al bukannya Al lama nggak ketemu Tim, jadi Tim cerita banyak hal
tentang Al,”
“Caranya cerita berbeda,”
“Kalau kalian seumur atau Tim
lebih tua mungkin kalian bisa sama-sama,”
“Mmm, jadi tante mau kalau Al
jadi menantu tante?”
“Siapa yang nggak mau punya
menantu Al?” Papa Tim melirik manis ke arah Aluna.
“Nggak jadi mantu tapi udah
jadi anak kalian Al senang sekali,”
“Al nggak akan kita bedakan
dari anak sendiri, sudah seperti anak perempuan sendiri,”
Aluna tersenyum.
____*____
“Al, aku kangen kamu,”
“Aku juga kangen sama kamu, ini
El kenalkan,”
“Al kangen aku beda, bukan
kayak adik ke kakak atau kangen sebagai sahabat,”
“Tim,” Al kaget dan El juga
memandang Al penuh tanya.
“Al, aku nggak tahu kapan aku
mulai suka kapan aku mulai nggak bisa lupain wajah kamu, kesukaan kamu, apa
yang nggak kamu suka, Al itu terjadi begitu saja, bodohnya aku nggak sadar dan
selalu menghindar dari kenyataan tentang hatiku,”
“Tim kamu harus pulang,”
“Al, kalaupun sekarang aku
jujur sama kamu bukan berarti aku mau merubah semua keputusan kamu,”
“Keputusan apa? Aku dan El
sudah serius dan aku nggak akan merubah apapun,”
“Al,” Elang mencoba meredam
emosi Al dengan menggenggam tangannya. Tim melihat itu.
“Al, aku nggak minta apapun,
aku hanya mau jujur,”
“Tim, mungkin dulu aku juga
punya perasaan yang sama, tapi mungkin itu karena kita sering sama-sama. Ketika
aku menjauh aku rasa bukan kamu yang aku mau, aku nggak tahu apapun tentang
cinta tapi aku berusaha menjadi manusia baik, Tim aku masih sayang kamu tapi
sebagai kakak dan sahabat kamu. Kalau kamu masih mau bercerita apapun aku siap
menjadi pendengarmu, El juga sudah tahu tentangmu,”
“Dia baik, kamu menemukan orang
baik, baik-baiklah kalian,”
Timur menyerahkan sebuah kotak.
“Ini kado dariku, aku dapat
beasiswa ke Australia, dan di hari pernikahan kalian aku nggak bisa datang,
Maaf Al,”
“Tim, kamu sengaja?”
“Tidak, aku justru tidak tahu
kamu mengantar undangan ke rumah,”
“Tim, apa tidak bisa ditunda
sehari untuk kita?”
Aluna memohon dengan tatap mata
sendu.
“Jaga Al dengan baik, dia itu
kesayangan sejuta umat di kompleks, kalau kamu macam-macam bisa kenapa-kenapa
kamu, eh iya jangan lupa sekali-sekali bawa dia terbang menemuiku,” Tim
tersenyum menyampaikan pesannya ke Elang. Dia menjabat tangan El dan
memeluknya.
Aluna membuka kotak ketika di
mobil.
Cinta
aku menyerah, menyerah mengakui kalau aku jatuh cinta pada sahabatku pada
kakakku pada teman karibku yang sejak kecil selalu melindungiku dan
menyayangiku
dan
cinta aku benar-benar menyerah dia telah menemukan ½ hatinya dan itu bukan
aku...
Aluna tersenyum dan Elang ikut
tersenyum.
8 Mei 2015 hingga 28
Mei 2015
0 comments:
Posting Komentar