Kamis, 28 Mei 2015

>> Cinta Aku Menyerah




                 “Iihh kamu mah ngeselin dari dulu, nggak pernah berubah, selalu begini,” Timur menggerutu sambil memanaskan motornya.
                “Haha kan aku tahu ada kamu jadiiiiii, kamu bisa anterin aku,”
                “Hei kalian mau kemana? Kamu nggak mampir rumah dulu, Al,?”
“Nggak tante, ada kuliah pagi,”
“Terus?”
“Biasa, Mah. Tidur di bus,”
“Ya Allah, ya sudah anterin cepet,”
“Al tahu tante kalau Timtim nggak sekolah jadi deh Al kesini,”
“Iyaa, sudah nanti keburu telat,”
Timur mengantar Aluna ke kampusnya yang tidak jauh dari rumahnya.
Aluna tersenyum mengingat kejadian itu, dia membuka lembaran catatan Timur berikutnya.
“Tarrrraaaaa, aku cantik nggak ini,” mata Aluna mengedip-ngedip ke arah Timur.
“Cantiiiiikk, Alunaaaa, kamu cantik, tante sukaaa,”
“Nggak, biasa saja, kan sudah sering begitu,”
“Aaaakkkk, Timtim, jahaaaatnyaaa, bilang cantik nanti aku traktir,”
“Ogah, palingan Cuma traktir bakso,”
Aluna memamerkan gaya barunya, jilbab manis terpasang dan pake rok dan vest panjang, gayanya alim tapi tidak sepenuhnya menutupi kalau dia tomboy.
Aluna mengingat pertama kali dia memakai hijabnya dan memamerkannya di rumah Timur.
Lembar berikutnya dia membaca jelas tertulis disana.
Ketika itu kali pertama aku melihat kamu menutup rambut indahmu dengan hijabmu, aku tertegun, cantik walau mulutku tak sanggup bilang cantik karena gengsi
Aluna kaget membaca catatan itu, dia jadi berbunga, jadi dia tahu kalau waktu itu Timur bilang dia cantik.
“Al kamu butuh dibakarin ke CD jadi berapa?”
Suara Timur dan derap langkahnya membuat Al gugup dan menutup buku catatan Timur. Rapi dia meletakkan kembali di tempatnya semula.
“Jadi 2 aja, satu aku kirim ke kampus satu lagi kalau memang aku butuhkan,”
“Duduk, nanti Rena juga mau kesini,”
“Aaakk kalian mau pacaran? Idiiihh nggak ngajak-ngajak, aku sama Rezki juga mau kalau diajak,”
“Masih sama dia? Nggak kapok di duakan?”
“Kan dia udah berubah, eeehh Timtim kamu nggak kangen apa sama aku?”
“Kamu yang kangen,”
“Nggak sih, biasa saja, aku balik ke Jogja lagi lhoohh, Bandung Jogja jauuuuuuh,”
“Nih,” Timur memberikan hape ke Al. “Ada alat canggih ini, WA, Bebe, video call, Skype, ada semua,”
“Aaaahhh, oke-oke siap bos, kamu apa kabar kuliahnya?”
“Baik, mau ngikutin jejak anak tomboy ini lulus 3 tahun dan nilai sangat memuaskan,”
“Kalau kangen sama aku jangan cari ke Jogja,”
“Iihhh ogah, jauh,”
____*____

“Kamu nggak apa-apa? Coba lihat!”
“Auuuuuu, kasar banget,”
“Hihhh, kenapa nggak bilang kalau kamu kecelakaan?”
“Ini nggak apa-apa, Cuma memar sedikit, nggak perlu dibesarkan, cowok nahan sakit begini mah biasa,”
Pllaaaakkk
“Auuuu, Aaaall,”
“Katanya nggak apa-apa?” Al menjulurkan lidah ke Tim.
“Kamu jauh-jauh datang ke sini dari Jogja buat aku? Kamu khawatir ya sama aku?”
“Iiihh no, aku sudah di Bandung 4 hari ini, mau urus paspor dan lainnya,”
“Paspor?? Mau kemana memangnya?”
“Lagi ada program setahunan siapa tahu bisa S2 dan syukur-syukur S3, lolos ujian bahasa ini dan kamu tahu nggak? Itu Jepang, kamu kan tahu aku sangat ingin ke Jepang,”
“Nggak mau nunggu aku?”
“Nggak usah, laamaaaa,”
“Iiissshhh, kamu ini,”
“Nanti jangan kangen aku,”
“Nggak akan,”
“Yakiiiin,”
“Peluuukkkk,”
Muka sok  manja Tim akhirnya kena timpuk bantal oleh Al.
“Kalian ini sebenarnya seperti apa hubungannya?”
“Re,” Al kaget dan Tim menatap bingung.
Rena keluar kamar Tim, Tim tidak bisa berbuat apa-apa karena kakinya luka-luka dan sulit jalan.
“Re, tunggu, maksud kamu apa?”
Rena dan Aluna duduk di teras rumah Tim.
“Kalian bukan seperti teman,”
“Pacar?”
“Al, Tim itu suka sama kamu, dia sayang sama kamu,”
“Iya dia sayang kan kita dari kecil sama-sama,”
“Al, denger, Tim bukan hanya anggap kamu teman atau sahabat, tapi lebih, kalian itu lelaki dan perempuan normal, Al normal dan dia sangat nyaman sama kamu,”
“Kita udah kayak kakak adik,”
“Tim nggak pernah anggap kamu kakak, umur nggak bisa menghalangi orang buat jatuh cinta, Tim tahu dia suka sama kamu, sayangnya dia belum sadar betul,”
“Re, kamu salah, kamu ngarang bebas,”
“Al, mungkin kalian punya rasa yang sama tapi kalian takut memberi kejelasan pada perasaan kalian, mungkin karena umur kamu lebih tua atau karena memang kalian menyembunyikannya,”
“Re, kamu salah,”
“Kalian tidak jatuh cinta pada yang lain, tapi kalian saling jatuh cinta,”
Rena pergi dari rumah Timur.
____*____

“Aku harus kasih tahu Al,”
“Tim, udahlah itu urusan mereka,”
“Al nggak bisa digituin, dia itu sahabat aku,”
“Kamu santai saja, aku kirim foto dan kabari Al,”
“Terserah kamu, Tim.”
“Al, kamu kesini sekarang, ada Rezki dan seorang cewek, mereka mesra, aku di tempat biasa sama Rena,”
Beberapa lama Al datang naik mobilnya, dia tenang tidak terburu emosi.
“Hai, Rez,”
“Sayang, kamu ngapain disini? Bukannya?”
“Jogja, jadi kalau aku di Jogja kamu bisa enak main dengan perempuan manapun, pakai meluk pinggang dan pegang tangan?”
“Sayang ini nggak seperti yang kamu kira,”
“Nggak perlu panggil sayang, aku kasih kesempatan kamu dulu buat berubah tapi apa? Kamu sama, aku udah nggak percaya sama Tim tapi kamu mencoba meyakinkan, nyatanya apa? Tim benar, kamu nggak akan bisa berubah,”
“Owh jadi biang keroknya Tim ini?”
“Dia justru baik mau kasih tahu boroknya kamu,”
Rezki menuju hadapan Tim. Tim santai dan siap melakukan apa saja jika sampai Rezki terpancing emosi.
“Tinggalin sahabat aku ini, jangan pernah ada di hadapannya lagi,”
“Kamu sama Al juga kayak orang pacaran, nggak sadar? Jadi kalian nggak perlu berlagak sok suci,”
“Kamu nggak perlu ngalihin pembicaraan, kamu udah nyakitin Al dan aku nggak terima, dari dulu Al udah baik dan selalu berprasangka baik, tapi apa yang dia dapat? Kamu selingkuh terus, dan bodohnya dia masih mau percaya sama kadal kayak kamu,”
“Emang kamu siapa? Atau jangan-jangan kamu suka sama dia?sayang sama dia? Hubungan kalian memang nggak wajar, ingat umur, kamu itu masih bau kencur, sunat aja masih kemarin sore,”
“Memangnya kenapa kalau aku anak kemarin sore? Al nggak pernah mempermasalahkan,”
“Heii, kamu bener suka sama Al?”
“Kalau iya kenapa? Kalau aku suka, sayang lalu cinta atau bahkan aku mau tidur sama dia, kenapa?”
Plaaaakkk
Al menampar Timur, Timur diam dan menatap Al.
“Rasain anak ingusan,”
Plaaaaakkk
Al menampar sekali lagi dan mendarat di pipi Rezki. Al pergi dari sisi dua orang lelaki itu.
“Al, kamu juga suka sama anak ingusan ini? Kalian saling jatuh cinta rupanya?” Rezki menatap nanar Al. Al pergi.
Aluna berhenti di depan perempuan yang bersama Rezki.
“Bilang sama pacar kamu kalau perempuannya ini sudah tidak menganggapnya pacar, kalau dia mau pacaran dengan siapapun silahkan dan bilang juga jangan mengemis lagi untuk kedua kalinya.
Aluna pergi.
____*____

“Assalamualaikum,”
“Waalaikumsalam,” dari seberang terdengar suara Al lirih. “Bindaaaa, kangeeenn, tumben jam segini Binda telepon,”
“Binda juga kangen,”
“Apa kabar Binda dan Pinda?”
“Alhamdulillah, baik,”
“Al kangen mau cepet lulus,”
“Al, ada yang melamar kamu, dia datang ke rumah langsung dengan Ayah Ibunya, Binda harus bilang apa?”
“Siapa Binda? Al belum merasa serius sama  seorang lelaki,”
“Dia serius sama kamu, katanya jatuh cinta pas ketemu kamu di masjid UGM, dia pilot katanya,”
“Masyaa Allah, Al benar-benar lupa, maaf kalau Al sudah buat khilaf lelaki itu,”
“Al, kamu ini, jangan bercanda,”
“Iiihh Binda, Al nggak bercanda, kamu kapan selesai kuliah terus apa enaknya disana? Nggak kangen sama Binda sama Pinda?”
“Kangeeeeennn,”
“Kalau sama pilot ini?”
“Al bener-bener nggak tahu itu siapa? Al saja belum tahu yang mana pilot yang dimaksud Binda,”
“Minggu depan lulus-lulusan kamu Binda datang sama Pinda sekalian ajak si Pilot bagaimana?”
“Terserah Binda, Binda suka nggak dengan anaknya? Kalau Binda suka pasti Al suka,”
“Jangan begitu, yang menjalani kamu nantinya,”
Pembicaraan tentang lamaran kepada Aluna cukup membuat Aluna penasaran.
Pada pertemuan keluarga berikutnya Aluna sudah di Indonesia. Aluna penasaran dengan si pilot yang katanya pernah bertemu dan berbincang dengannya. Dia justru tidak merasa pernah berbincang dengan seorang pilot. Di acara lulus-lusan Al juga si pilot ini nggak jadi datang karena mendadak harus terbang.
“Aluna,”
“Elang,”
Mereka berjabat tangan dan saling senyum sapa.
“Kata Elang kalian bertemu di Masjid,”
“Masjid Ibaraki Osaka Jepang, kita berbincang sedikit waktu itu, saya langsung jatuh hati,”
“Owh, sepertinya juga tidak asing, jadi Mas Elang pilot?”
“Iyah, waktu itu ada penerbangan ke Jepang, lalu saya cari tahu tentang Aluna,”
“Al itu ngotot mau kuliah disana pas sudah S2 eh malah ketagihan mau S3 ya Ayah Ibunya ini sudah tidak bisa apa-apa, kan anaknya sudah disana,” Binda cerita Aluna.
“Kalau El suka terbang, sejak kecil suka dengan langit biru dan awan, eh ternyata jadi pilot, sempat khawatir tapi rizki dan maut urusan Allah,” Mama Elang bercerita sedikit.
“El? Panggilannya El?”
“Iya,”
“Aku, Al,”
“Iya saya tahu, maaf saya cari tahu sendiri dari islamic center Ibaraki dan kampus kamu lalu saya sampai ke rumah kamu ini,”
“Tidak apa,”
“Jadi bagaimana? Lanjut tidak?” Papa Elang berseloroh.
“Kita tetapkan tanggalnya saja,” Mamanya Elang semakin menegaskan, Aluna malu menundukkan pandangan.
Hanya butuh beberapa hari Aluna dan Elang menyiapkan pernikahannya.
Aluna menghampiri rumah yang sudah 3 tahun ini tidak dia ketahui kabarnya. Rumah Timur.
“Tante, Om, Assalamualaikum,”
“Al, kamu kapan pulang ke Indo,”
“Sudah 2 bulan ini, Al juga sudah kerja, dosen muda ini,”
“Iiihhh tambah cantik sekarang, udah mirip orang Jepang,”
“Tante bisa saja,”
“Ini dalam rangka apa? Kasih kejutan ke rumah ini, kangen ya sama Timtim?”
“Apa kabar Timtim?”
“Baik, sepertinya dia juga kangen kamu,”
“Mmm, nggak pernah ngaku sih kalau kangen sama Al,”
“Kamu pulang nggak kabar-kabar,”
“Percepatan pulang, ini,”
“Eh apa ini?”
“Kamu mau menikah? Masyaa Allah kok inisial namanya Al dan El?”
“Iyah, in syaa Allah, datang ya semua,”
“Insyaa Allah, Al nampak bahagia sekali,”
“Alhamdulillah,” Al senyum manja sambil mencomot makanan di meja. “Tim masih dengan Rena?”
“Setahu tante sudah lama nggak sama Rena,”
Al jadi ingat beberapa lama lalu selalu dia tanyakan Rena dan Tim menjawab baik. Ternyata ada yang Tim sembunyikan.
“Tim sayangnya sama kamu kayaknya,”
“Om ini,”
“Jangan digoda calon mantennya,” Mama Tim menengahi. “El ini anak mana? Ayo cerita tentang El,”
“El anak Jogja tapi sudah lama di Jakarta, asli Jawa Ayah dan Ibunya, El itu pilot. Dulu pertama bertemu di Jepang tapi Al nggak sadar dan Al nggak tahu kalau nantinya yang melamar Al ya dia,”
“Al ketemu orang yang baik, Tim selalu cerita tentang Al, semua e-mail yang Al kirim sudah khatam Tim ceritakan, kadang sampai bosan,”
“Oya?”
“Mungkin Tim ingin Al bukan sebagai sahabat atau kakak karena perbedaan umur kalian, Tim sepertinya sayang lebih dari sekedar itu,”
“Tante bisa saja, Tim hanya kangen ke Al bukannya Al lama nggak ketemu Tim, jadi Tim cerita banyak hal tentang Al,”
“Caranya cerita berbeda,”
“Kalau kalian seumur atau Tim lebih tua mungkin kalian bisa sama-sama,”
“Mmm, jadi tante mau kalau Al jadi menantu tante?”
“Siapa yang nggak mau punya menantu Al?” Papa Tim melirik manis ke arah Aluna.
“Nggak jadi mantu tapi udah jadi anak kalian Al senang sekali,”
“Al nggak akan kita bedakan dari anak sendiri, sudah seperti anak perempuan sendiri,”
Aluna tersenyum.
  ____*____
“Al, aku kangen kamu,”
“Aku juga kangen sama kamu, ini El kenalkan,”
“Al kangen aku beda, bukan kayak adik ke kakak atau kangen sebagai sahabat,”
“Tim,” Al kaget dan El juga memandang Al penuh tanya.
“Al, aku nggak tahu kapan aku mulai suka kapan aku mulai nggak bisa lupain wajah kamu, kesukaan kamu, apa yang nggak kamu suka, Al itu terjadi begitu saja, bodohnya aku nggak sadar dan selalu menghindar dari kenyataan tentang hatiku,”
“Tim kamu harus pulang,”
“Al, kalaupun sekarang aku jujur sama kamu bukan berarti aku mau merubah semua keputusan kamu,”
“Keputusan apa? Aku dan El sudah serius dan aku nggak akan merubah apapun,”
“Al,” Elang mencoba meredam emosi Al dengan menggenggam tangannya. Tim melihat itu.
“Al, aku nggak minta apapun, aku hanya mau jujur,”
“Tim, mungkin dulu aku juga punya perasaan yang sama, tapi mungkin itu karena kita sering sama-sama. Ketika aku menjauh aku rasa bukan kamu yang aku mau, aku nggak tahu apapun tentang cinta tapi aku berusaha menjadi manusia baik, Tim aku masih sayang kamu tapi sebagai kakak dan sahabat kamu. Kalau kamu masih mau bercerita apapun aku siap menjadi pendengarmu, El juga sudah tahu tentangmu,”
“Dia baik, kamu menemukan orang baik, baik-baiklah kalian,”
Timur menyerahkan sebuah kotak.
“Ini kado dariku, aku dapat beasiswa ke Australia, dan di hari pernikahan kalian aku nggak bisa datang, Maaf Al,”
“Tim, kamu sengaja?”
“Tidak, aku justru tidak tahu kamu mengantar undangan ke rumah,”
“Tim, apa tidak bisa ditunda sehari untuk kita?”
Aluna memohon dengan tatap mata sendu.
“Jaga Al dengan baik, dia itu kesayangan sejuta umat di kompleks, kalau kamu macam-macam bisa kenapa-kenapa kamu, eh iya jangan lupa sekali-sekali bawa dia terbang menemuiku,” Tim tersenyum menyampaikan pesannya ke Elang. Dia menjabat tangan El dan memeluknya.
Aluna membuka kotak ketika di mobil.
Cinta aku menyerah, menyerah mengakui kalau aku jatuh cinta pada sahabatku pada kakakku pada teman karibku yang sejak kecil selalu melindungiku dan menyayangiku
dan cinta aku benar-benar menyerah dia telah menemukan ½ hatinya dan itu bukan aku...
Aluna tersenyum dan Elang ikut tersenyum.

8 Mei 2015 hingga 28 Mei 2015



0 comments:

Posting Komentar