Assalamualaikum, Ibuk...
Sore ini sedang apa, Ibuk? Masih mengurus semua kelengkapan pensiun Ayah? Pasti Ibu lelah, maaf tak bisa menemani.
Dua minggu lalu, pelukan itu ku ingat, mata nanarmu ku lihat, airmatamu ku seka, genggaman tanganmu hangat dan kuat.
Kehilangan penopang hidup, teman berbagi. Aku tak bisa menghiburmu, dengan cara apapun tak bisa membuat keadaan sama. Suami Ibuk, Ayah suamiku, Ayah mertuaku, pergi dengan cara tak terduga. Ibuk kuat, bahkan tanpa anak-anak menghadapi ujian itu.
Di sebuah ruang putih yang penuh bau darah, Ibuk kuat, menemani Ayah hingga mata tertutup. Ayah tak sendiri, Ibuk pun tak sendiri. Kalian bersama dalam rangkaian garwo, sigaring nyowo.
Kami datang pagi itu, disambut adzan subuh dan pelukan yang membaur dengan airmata. Maaf kami tergopoh, menangis tak percaya, membisu tak bisa berkata...
Satu hari dua hari Ibuk masih bercerita, masih sambil berbinar lalu meluncur istighfar panjang, menyeka airmata.
Semua menguatkan, Ibuk memang kuat, lihat saja, lelakiku, tak ada tangis walau mata tak terpejam 24jam. Bahkan aku dilarangnya menangis, aaahh dia kuat, Buk. Hasil didikanmu.
Lelakiku akan menjagamu, pun adik-adik akan menjagamu. Kami ada di garis depan. Cinta menguatkan.
Masih kuingat tahun lalu aku gores tentang Ibuk yang masih dalam angan, lalu di tengah tahun Ibuk dan Ayah juga lelaki FAJ(R) ku datang. Dirimu menjadi nyata. Kita telah berbagi cerita, berbagi kerudung dan bahkan daster, walau di badanku jadi lebih besar. Tak apalah. Kita juga telah berbagi resep, dan bercerita tentang tanaman. Ibuk juga tak lupa berkisah tentang anak lelaki yang kini jadi kekasih halalku. Aku belum mengenalnya bahkan setelah 5 bulan ini. Tapi aku bercerita hal-hal lucu tentangnya dan Ibuk meng-iyakan.
Kuatlah Ibuk, demi kami, anak-anakmu. Maka kami pun akan kuat. Ayah sudah di surga in syaa Allah. Maafkan kami yang tak selalu 24 jam ada untukmu. Tapi doa kami menyertaimu, Buk.
Seka airmata dan peluhmu akan kami tampung sebagai pengingat bila kami masih memiliki doamu dan kami bersyukur.
Ibuk, ini surat cintaku yang nyata untukmu tak lagi angan. Maafkan kami anak-anakmu tak selalu hadir, maaf juga mungkin diri ini bukan menantu yang baik, tapi setiap hari belajar lebih baik, in syaa Allah.
Terimakasih Ibuk, membesarkan lelakiku dan kuatlah karena Ayah pasti mendoakanmu di surga dan doa untuk semua pula.
Kecup manis, salim tangan
#poscintatribu7e
Kuatlah Ibuk, demi kami, anak-anakmu. Maka kami pun akan kuat. Ayah sudah di surga in syaa Allah. Maafkan kami yang tak selalu 24 jam ada untukmu. Tapi doa kami menyertaimu, Buk.
Seka airmata dan peluhmu akan kami tampung sebagai pengingat bila kami masih memiliki doamu dan kami bersyukur.
Ibuk, ini surat cintaku yang nyata untukmu tak lagi angan. Maafkan kami anak-anakmu tak selalu hadir, maaf juga mungkin diri ini bukan menantu yang baik, tapi setiap hari belajar lebih baik, in syaa Allah.
Terimakasih Ibuk, membesarkan lelakiku dan kuatlah karena Ayah pasti mendoakanmu di surga dan doa untuk semua pula.
Selalu ada harapan bagi mereka yang sering berdoaWassalamualaikum, Ibuk
Kecup manis, salim tangan
#poscintatribu7e
0 comments:
Posting Komentar