Kamis, 28 Agustus 2014

>> Mahar Hati Ar Rahman



“Pa, kenalkan, ini Ayla,” Dimas mengajakku masuk dan bertemu Papanya yang baru keluar dari ruang keluarga.
“Kalian?”
“Ini pacar Dimas,” Dimas sangat santai mengenalkan pacarnya.
“Maaaa, Mama ini ada Dimas sama pacarnya,”
“Iyaaa,” terdengar suara Mama bergegas menuju ruang tamu.
Orangtua Dimas terpana, apalagi Mamanya yang baru keluar dari dapur. Ayla sangat santai, dia mampu mengendalikan dirinya. Dia sudah menyadari posisinya di lingkungan Dimas.
“Assalam...,”
“Selamat  sore, Om, Tante,” Ayla mendahului menyapa.
“Sore, kamu cantik sekali, nak.”
“Tante juga, masih muda, nggak sangka sudah punya anak yang bandel kayak Dimas,”
“Maaf ya kalau Dimas bandel, dia dari kecil memang bandel, sampai kuliah juga dan kerja juga, bikin pusing tante,”
“Eh, ayo duduk,” Papa Dimas masih merasa kaget dan gugup.
“Kamu kenal Dimas dimana? Tidak takut apa kata orang di luar?”
“Memangnya apa kata orang di luar, Ma? Ngomongin yang lain saja, Ayla guru TK,”
“Owh, sudah berapa lama kerja?”
“Dua tahun, tante.”
“Ma, ambilkan minum,” Papa menyolek tangan Mama.
“Nggak usah, biar Dimas yang ambil,” Dimas beranjak dari duduknya.
“Kamu kenapa bisa suka dengan Dimas?”
“Mama, pertanyaan macam apa? Anak Mama ini ganteng dan pintar, jelaslah dia suka sama Dimas,”
“Hush, lhooh kamu kok nggak buatin jus atau teh?”
“Dia suka air putih saja, kalau nggak percaya tanya saja sendiri,”
Ayla tersenyum dan Dimas duduk santai lagi. Pertemuan pertama yang membingungkan bagi semua.
Suatu hari duduk di taman sepulang kerja.
“Kamu tahu kalau aku?”
Ayla mengangguk lemah.
“Kenapa tidak bicara? Tidak tanya? Kenapa mau aku ajak pacaran? Kamu kan anti pacaran?”
“Siapa bilang kita pacaran? Itu kan anggapan kamu, aku tidak bilang tidak atau iya, kenapa juga aku bicara tentang Tuhan? Konsep Tuhan aku hanya satu ya Allah, jika kamu tidak membicarakan Tuhanmu kenapa aku harus bicarakan Tuhanku, ada Ayat jelas Bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Kamu saja tidak pernah bertanya apa agamaku, apa bentuk Islamku,”
“Sejak kapan dan tahu darimana?”
“Ada salib di jari kamu, kamu menutupinya dengan cincin batu, aku tidak sengaja melihatnya,”
“Kenapa mau aku kenalkan ke orangtuaku? Kenapa memilihku?”
“Aku tidak memilih siapapun, aku menganggapmu tidak sama dengan yang lain, kamu berbeda, aku merasa kagum, kamu tahu? Jika tidak melihat salib di jari kamu aku pun tidak tahu, kamu begitu paham tentang huruf hijaiah dan mengajari murid-muridku seperti layaknya seorang ustadz, kamu begitu fasih membaca Ar Rahman seakan-akan itu adalah mahar untukku, hatiku bergetar, tahukah kamu ketika itu pula aku berkeringat dingin, aku tak sebaik itu dalam hafalan, tapi kamu yang tahu Tuhan kita berbeda jauh lebih religi lebih paham tentang agamaku, betapa malu dan tertusuknya, aku mau tahu kenapa kamu bisa hafal dan paham semua tentang agamaku, kekagumanmu dengan Aisyah dan Mariam, rasa salutmu pada Muhammadku. Itu yang membuat aku meneteskan airmata, lalu dari segi mana aku harus menolakmu menjadi temanku, bahkan ketika fitrah rasa itu ada, bagaimana bentuk penolakanku? Sedangkan hati dan fikiranku tak dapat menolak, maka kubiarkan itu, dalam diamku aku sembunyikan semua.”
“Maka karena itu pula aku menyukaimu, menjaga agar aku tak bisa menjamahmu bahkan dengan ucapan sekalipun, tak ada ucapan mesra karena aku tahu bagaimana menghormatimu, aku menyembunyikan kesalibanku karena aku sangat menghormatimu, bukankah rasa di hati harus diungkapkan? Maka kuungkapkan saja, fikirku dengan diammu kamu menerima tapi sekarang aku tahu, kamu tidak menerima dan tidak pula menolaknya, aku semakin menghormatimu kini, kamu tahu aku ingin punya Aisyah dan aku mau itu kamu, ini bentuk keyakinan taarufku seperti demikian rasa yakinku atas Islamku tiga hari yang lalu, dengan tangis tulus dan ikhlas Papa dan Mama,”
Ada isak kecil menyertai setiap kalimat keduanya, mereka menunduk, malu pada dunia dan pada Tuhannya.

*nulisnya pas lagi galau dikantor dan pas baca artikel mahar berupa surat Ar Rahman, wew Nabi Musa aja maharnya berupa jasa untuk menggembala kambing selama 10 tahun. Nah ini mahar hafalan Al quran niatnya untuk mengajarkan bukan pamer hafalan ya. Jadi mupeng tow kalau tentang mahar-mahar kawin. Semoga disegerakan dek Nda. Aamiin.

Bjn, 28 Agust 2014

0 comments:

Posting Komentar